Dalam dunia kopi, mesin espresso bak seorang seniman legendaris, yang mampu mencitakan karya dengan tiga ekpresi yang berbeda: espresso, ristretto, dan lungo. Masing-masing dengan karakter yang unik, memberikan perspektif seni yang berbeda dari kopi yang sama. Melalui artikel ini, kita akan bahas lebih dalam karakter dan keunikan dari setiap ekpresi ini, baik espresso, ristretto, maupun lungo.
Espresso: Ekspresi Fundamental yang Seimbang.
Espresso adalah sebuah shot (25-30ml) essensi kopi, yang merupakan hasil extraksi dari bubuk kopi halus yang diseduh dibawah tekanan (>8 Bar) dan suhu yang tinggi (97 °C). Konsentrasi yang tinggi, body yang strong dan rasa yang kaya, menjadikan espresso sebagai landasan utama berbagai menu baik minuman ataupun makanan. Walaupun begitu, intensitas rasa dan body dari espresso cenderung balanced, dan berada diantara ristretto dan lungo.
Berikut adalah takaran yang biasa dipakai untuk espresso:
- Single Shot: 7-9 gram kopi, menghasilkan sekitar 30 ml espresso dalam 20-30 detik.
- Double Shot: 14-18 gram kopi, menghasilkan sekitar 60 ml espresso dalam 20-30 detik.
Espresso biasa dibuat dengan brewing ratio di kisaran 1:1.5 sampai 1:3 (berat kopi : berat espresso). Perlu diingat bahwa ratio ini hanyalah sebuah guidelines dan bukan hal utama yang mendefinisikan espresso. Selera dan jenis kopi yang digunakan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan brew ratio untuk espresso..
Ristretto: Ekspresi Bold yang Penuh Intensitas.
Ristretto, berarti ‘restricted’ dalam bahasa Italia, merupakan versi espresso yang lebih sedikit dan lebih pekat. Ia mengekstraksi berat kopi yang sama dengan espresso namun menggunakan setengah jumlah air, menghasilkan shot yang bold dan intens.
Ada dua cara me-restrict volume air dalam menyeduh ristretto: mengurangi waktu pulling, atau menggunakan grindsize yang lebih halus. Walau kedua metode mempunyai merit masing-masing, mengurangi durasi pulling (tanpa melakukan grindsize adjustment) beresiko menghasilkan kualitas ristretto yang hanyalah sekedar “under-extracted espresso”. Menggunakan grindsize yang lebih halus dapat memastikan ekstraksi yang lebih menyeluruh, dan memberikan kualitas ristretto yang kental, kompleks, dan kaya akan rasa.
Berikut adalah takaran yang biasanya dipakai untuk ristretto:
- Single Shot: 7-9 gram kopi, menghasilkan 15 ml ristretto dalam 15-20 detik.
- Double Shot: 14-18 gram kopi, menghasilkan 30 ml ristretto dalam 15-20 detik.
Ristretto biasa dibuat dengan brewing ratio di kisaran 1:1 sampai 1:1.5 (berat bubuk kopi : berat ristretto). Sekali lagi, brewing ratio hanyalah sebuah guidelines dan bukanlah definisi yang menentukan sebuah shot untuk didefinisikan sebagai ristretto.
Lungo: Ekspresi Bernuansa yang Lebih Bersahabat.
Lungo merupakan sebuah shot yang berseberangan dengan ristretto. Lungo, berarti ‘long’ dalam bahasa Italia, adalah espresso shot yang ‘diperpanjang’ menghasilkan shot bervolume 50-60ml. Proses ektraksi yang lebih lama memungkinkan lebih banyak karakter ditarik dari kopi yang sama, sehingga menghasilkan profil rasa yang lebih kaya namun dengan intensitas yang cenderung lebih rendah.
Seperti halnya ristretto, lungo dapat diseduh dengan meningkatkan durasi pulling atau menggunakan grindsize yang lebih kasar. Seperti juga ristretto, memperpanjang durasi pulling tanpa mengubah grindsize memang cenderung lebih mudah, tapi beresiko menghasilkan kualitas lungo yang setara dengan ‘over-extracted espresso’. Menggunakan grindsize lebih kasar memastikan kualitas ekstraksi yang lebih baik dan kualitas shot yang lebih konsisten dan kompleks.
Berikut adalah takaran yang biasa digunakan untuk lungo:
- Single Shot: 7-9 gram kopi, menghasilkan sekitar 50-60 ml lungo dalam 40-60 detik.
- Double Shot: 14-18 gram kopi, menghasilkan sekitar 100-120 ml lungo dalam 40-60 detik.
Lungo mempunyai intensitas yang lebih bersahabat untuk diminum langsung. Brewing ratio yang digunakan biasa jatuh di kisaran 1:3 atau 1:4. Layaknya espresso dan ristretto, rasio ini berfungsi sebagai sebuah guidelines dan bukanlah karakteristik yang mendefinisikan lungo. Untuk memastikan apakah sebuah shot bisa dikategorikan sebagai espresso, ristretto, maupun lungo, kita harus menggunakan refractometer.
Coffee Refractometer.
Coffee refractometer adalah sebuah alat yang menggunakan perubahan indeks refraksi cahaya untuk mengukur, secara tepat, konsentrasi kopi dalam sebuah larutan. Dengan mengetahui total dissolved solids (TDS), kita secara objektif dapat mengetahui ekstraksi kopi dari sebuah brew. Berdasarkan kadar ekstraksi kopi inipun kita kini dapat mengdefinisikan sebuah shot sebagai espresso, ristretto, ataupun lungo; namun aplikasi dari alat ini tidak hanya terbatas di hal ini saja.
Di Kopabana, coffee refractometer berperan lebih dari sekedar alat. Ia bagai seorang partner dalam misi kami untuk memberikan yang terbaik bagi anda, customer kami. Alat ini memiliki peranan penting dalam memberikan feedback menyangkut performa mesin espresso dan kodisi burr grinder anda. Kemampuan refraktometer dalam memberikan tolak ukur objektif memungkinkan kami untuk memastikan peralatan dan proses ekstraksi kopi anda berada dalam kondisi prima; sehingga memberikan daya saing lebih dalam industri kopi yang kian kompetitif. Lebih dari sekedar alat yang memfasilitasi segelas kopi enak, refraktometer adalah sebuah refleksi dari komitmen kami terhadap kualitas kopi anda.
Kesimpulan.
Walau dihasilkan dari mesin yang sama, espresso, ristretto dan lungo menawarkan pengalaman kopi yang berbeda. Ristretto, dengan extraksinya yang tinggi, memberikan pengalaman yang bold dan intense. Lungo, dengan ekstraksinya yang diperpanjang, menawarkan pengalaman yang cenderung mild, lebih bersahabat, dan bernuansa. Sedangkan espresso berdiri ditengah sebagai perwakilan yang seimbang antara dua karakteristik shot yang berbeda ini.
Apakah anda lebih memilih intensitas dari ristretto, nuansa yang kaya dari lungo, maupun balance dari espresso, kami harap pemahaman dalam hal ini dapat membantu anda dalam mengerti dan menikmati kopi lebih dalam lagi. Salam kopi Indonesia.